Kopi Arabika dianggap memiliki kualitas yang lebih baik daripada jenis lainnya. Hal ini dapat dilihat dari harga jual yang relatif lebih tinggi. Kopi Arabika hanya tumbuh dan menghasilkan secara optimal ketika ditanam di dataran tinggi. Kopi Arabika akan tumbuh optimal ketika ditanam pada ketinggian 900-2500 di atas permukaan laut. Dengan curah hujan berkisar antara 1200-2000 mm per tahun. Suhu lingkungan yang paling cocok untuk tanaman ini adalah sekitar 15-24 derajat Celcius. Tanaman ini tidak tahan dengan suhu mendekati titik beku di bawah 40 derajat Celcius.
Varietas Kopi Arabika
Ada banyak jenis kopi Arabika yang ditanam di Indonesia. Setiap varietas memiliki pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi yang berbeda. Pemilihan varietas dalam budidaya kopi Arabika harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan di mana budidaya tanaman.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal gunakan varietas unggul dari sumber terpercaya. Kementerian Pertanian INDONESIA melalui Koka Research Center selalu menghasilkan varietas unggul. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- S 795. Varietas ini memiliki produktivitas 1000-1500 kg/ha pada kepadatan tanam 1600-2000 pohon per hektar. Mulai berbunga pada usia 15-24 bulan. Agak tahan terhadap serangan karat daun ketika ditanam pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
- USDA 762. Produktivitas kopi Arabika jenis ini mencapai 800-1200 kg/ha. Mulai berbunga pada usia 32-34 bulan. Agak tahan terhadap karat daun.
- Andung sari-1. Produktivitasnya sekitar 350 kg/ha. Mulai berbunga pada usia 15-24 bulan. Ketika ditanam pada ketinggian kurang dari 900 meter, varietas ini rentan terhadap serangan karat daun tetapi cukup tahan ditanam di daerah yang kurang subur.
- Sigarar Utang. Produktivitasnya mencapai 1.500 kg per hektare. Keistimewaan varietas kopi Arabika adalah dapat menghasilkan buah terus menerus mengikuti pola distribusi hujan. Bijinya besar, rentan terhadap hama bubuk buah dan nematoda, tetapi cukup tahan terhadap karat daun. Dianjurkan untuk menanamnya di ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan laut.
Salah satu jenis kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah kopi dan beberapa jenis kopi Indonesia yang sudah banyak didengar di dunia. Indonesia bahkan berada di peringkat ke-4 di produsen kopi kelas dunia. Sebut saja kopi Sumatera Gayo, kopi Sumatera Mandheling, kopi Toraja Sulawesi, kopi Flores Bajawa dan masih banyak lagi, lebih dari 15 daerah penghasil kopi terkemuka di Indonesia. Kami merekomendasikan sepuluh jenis kopi Arabika terbaik dari berbagai daerah di Indonesia yang bisa Anda coba terlebih dahulu.
Berikut ini adalah rekomendasi kopi Arabika dan karakter dan wilayahnya:
1. Kopi Toraja Sulawesi
Kopi dari kabupaten Tana Toraja – Sulawesi Selatan juga sangat terkenal dengan kenikmatannya. Rasa yang sama dari kopi ini adalah cokelat, tembakau, atau karamel. Dari segi keasaman dan tubuh sedang, cocok untuk semua orang yang tidak suka terlalu asam atau terlalu pahit. Anda akan terkejut ketika pertama kali mencobanya. Lidah Anda akan merasakan rasa pahit yang menghilang sejenak, tidak meninggalkan bekas pahit di lidah. Rasa ini digemari oleh para pecinta kopi tanah air dan dunia. Kopi Toraja memiliki bentuk dan ukuran yang tidak beraturan dengan warna coklat tua. Bentuk ini membuat kopi toraja cukup mudah dikenali. Ini memiliki aroma yang sangat harum dan khas, bahkan ketika pertama kali membuka kemasan. Kopi ini memiliki aroma buah dengan rasa yang tidak terlalu pahit saat dikonsumsi.
Tingkat keasaman juga cukup rendah untuk menjadi idola bagi mereka yang memiliki masalah asam lambung Salah satu alasannya adalah karena ditanam di daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai 1400 hingga 2100 mdpl, yaitu di Pegunungan Sasean. Ditanam di tanah vulkanik. Pohon kopi di daerah ini ditanam berdampingan dengan berbagai rempah-rempah, sehingga tak heran jika kopi Toraja memiliki aroma yang khas.
2. Kopi Gayo Sumatera
Kopi Gayo Sumatera adalah jenis kopi Arabika yang sudah terkenal di berbagai belahan dunia. Kopi Gayo Sumatera memiliki rasa yang paling enak dan disukai kontras dengan Kopi Arabika yang ditanam di tempat lain di indonesia. Kopi Gayo Sumatera memiliki catatan bekam yang nikmat dan bau tertentu, keasaman yang lebih rendah dan kepahitan padat. Dilihat dari tubuh sendiri, kopi khas Aceh kental, atau disebut full body. Kopi Sumatera Gayo adalah kopi jenis Arabika. Perkebunan di Gayo, Aceh Tengah rata-rata antara 1.200 dan 1.600 meter di atas permukaan laut.
Lokasinya berada di sekitar kota Takengon dan dekat dengan Danau Tawar. Mayoritas suku yang tinggal di daerah ini adalah orang Gayo. Perkebunan di daerah ini dikelola oleh individu dan budidaya mereka dilakukan dalam kopi yang ditanam di tempat teduh. Biji kopi yang dihasilkan adalah biji kopi arabika yang cocok ditanam di sini.
Q grader yang sudah mencicipinya rata-rata menganggap bahwa rasa kopi Gayo Aceh cenderung pedas dan mentega. Aromanya sangat kuat dengan aksen kacang dan rempah-rempah. Keasamannya sangat rendah, rasa manis cenderung tinggi, dan tubuh yang dihasilkan oleh medium.
3. Java Preanger – Malabar Coffee
Meskipun kopi Arabika ini ditanam di dataran tinggi yang tidak terlalu tinggi, proses pasca panen yang rapi dan terstruktur menjadikan hasilnya salah satu yang terbaik. Jika melihat petani di kebunnya setelah panen, prosesnya sangat terstruktur rapi sehingga rasanya lebih enak dan beragam. Ada proses alami, semi cuci hingga proses cucian penuh," ujarnya.
Malabar Arabica Coffee memiliki rasa asam sedang. Tetapi ada juga yang memiliki rasa asam yang cukup tinggi. Karakter kopi java preanger terletak pada aroma dan rasanya yang sangat kuat. Aroma yang membuatnya unik adalah aroma bunga. Buat peminum merasakan relaksasi tubuh saat menghirup aroma. Rasa manis juga ditemukan saat menyeruput kopinya. Jika Anda ingin lebih spesifik dalam merasakan rasa aslinya, disarankan untuk tidak menambahkannya dengan gula. Dengan begitu Anda akan bisa merasakan rasa aslinya.
4. Kopi Mandheling Sumatera
Kopi Mandailing merupakan jenis kopi yang dibawa Belanda ke Indonesia pada tahun 1699 yang kemudian ditanam di Sumatera, tepatnya Mandailing Natal, Kabupaten Pakantan, Sumatera Utara. Kopi ini sudah sangat terkenal di dunia sejak tahun 1878 dengan rasa dan aroma yang sangat kuat dan hanya ditanam di dataran Mandailing sehingga membuat kopi ini sangat istimewa.
Kopi Mandailing dikenal dengan rasanya yang kuat dengan keasaman rendah dengan aroma bunga dan aftertaste manis yang merupakan karakter kopi mandailing. Tubuh penuh sehingga teksturnya cenderung tebal. Kombinasi rasa manis dan asam yang tidak terlalu tinggi menjadi favorit orang yang menyukai kopi namun memiliki perut sensitif. aroma khusus dengan sensasi buah dan setelah rasa yang sangat baik dan lebih panjang, yang sangat jarang terjadi pada jenis kopi Indonesia lainnya.
Karena karakter rasanya yang kuat maka kopi ini selalu cocok sebagai bahan dasar dalam berbagai resep kopi favorit dunia, seperti Espresso, Americano, Coffee Latte, Cappuccino dan lain-lain. Jadi wajar saja kopi ini selalu menjadi incaran sebagian pecinta kopi, tidak hanya di Indonesia bahkan dunia.
5. Kopi Sumatera Lintong
Kopi Lintong adalah Kopi Arabika Sumatera Lintong yang tumbuh di dataran tinggi Danau Toba tepatnya di Lintongnihuta (1400 mdpal), Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Kopi Lintong telah lama menjadi salah satu kopi terbaik dan terkenal di kopi internasional. Melalui Organisasi/Lembaga Masyarakat Mengamati Kopi Sumatera Lintong Arabika (MASPEKAL), Kopi Lintong telah menerima sertifikasi INDIKASI GEOGRAFIS (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual – Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Seri A No.07/IG/X/A/2017 dengan Nomor ID G 000000063 pada tanggal 12 Februari 2018.
Kopi Lintong begitu terkenal sehingga beberapa orang menggeneralisasi kopi lintong dengan kopi lintong brastagi, kopi Sumatera Mandheling, Sipirok, Dolok Sanggul, dan kopi Sidikalang.
Varietas awal yang ditanam adalah jenis typica arabika, selain itu ada juga beberapa kopi robusta yang ditanam di berbagai kabupaten seperti di Kecamatan Paraninan yang terkenal dengan kopi Sigarar Utang. Tapi sekarang banyak varietas benih telah ditanam di sini, seperti varietas utang sigarar, S Line 795, USDA 765, lasuna, garunggang yang merupakan varietas lokal.
Kopi Lintong memiliki aroma khas kopi sumatera yang merupakan aroma alami kesegaran tanah yang disiram air hujan (bersahaja). Juga beberapa aroma lain seperti cokelat, buah-buahan tropis, dan rempah-rempah. Keasaman kopi yang kuat membuat kesegaran kopi ini tetap lama di mulut setelah diminum. Rasa cokelat hitam dan tembakau yang lengkap semakin memperkuat karakteristik kopi dari Sumatera. Kopi Lintong juga memiliki tubuh yang kuat dengan tidak menghilangkan catatan rasa lainnya. Kopi Lintong dikenal memiliki rasa yang kental namun tetap lembut. Selain itu juga dilengkapi dengan aroma harum. Kopi ini juga dikenal memiliki rasa asam yang unik. Sangat cocok untuk menyeduh menggunakan alat manual atau dicampur dengan jenis kopi lainnya untuk menjadi kopi espresso standar.
6. Kopi Wamena Papua
Seperti namanya, jenis kopi ini tumbuh subur di Pegunungan Wamena, tanaman kopi di Lembah Baliem ditanam pada ketinggian 1.400 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut.
Di Papua ada dua daerah penghasil kopi, Lembah Baliem, di tengah dataran tinggi Jayawijaya yang mengelilingi kota Wamena dan Lembah Kamu di daerah Nabire, di sisi timur dataran tinggi, yang mengelilingi kota Moanemani. Kedua wilayah ini terletak antara 1.400 dan 2.000 meter di atas permukaan laut, dan ketiga kondisi ini sangat ideal untuk produksi kopi Arabika. Perkebunan kopi Papua di Wamena terletak di sepanjang lembah yang terletak di sekitar Kota Wamena, Lembah Baliem. Lembah ini terletak di sisi timur Gunung Jayawijaya dengan panjang sekitar 80 km.
Jenis yang dibudidayakan di Wamena, Papua, adalah spesies Arabika yang idealnya ditanam pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Secara umum, semakin tinggi tanah tempat tanaman kopi tumbuh, semakin baik kualitas buah. Lahan perkebunan vulkanik dan suhu mencapai 15 ° C di malam hari. Kondisi ini sangat baik untuk bertani. Karena paparan teknologi modern yang lambat, sebagian besar kegiatan pengolahan kopi dilakukan hanya dengan proses tangan. Pupuk kimia, pestisida dan herbisida tidak digunakan untuk tanaman kopi ini, dan menjadikan kopi Wamena Papua sebagai kopi langka dan berharga.
Kopi Wamena Papua terkenal memiliki keseimbangan dan rasa yang halus. Aroma yang dihasilkan cukup harum berwarna coklat dan bunga, tubuh sedang, rasa manis sedang, dan keasaman rendah. Selain itu, jenis ini juga menghasilkan catatan rasa yang cenderung bersahaja dengan sensasi herbal dan aftertaste yang terasa smokey.
Rasa kopi Wamena Papua cukup unik karena jarang kopi Indonesia memiliki sensasi bunga. Banyak penilai q berpendapat bahwa munculnya aroma dipengaruhi oleh kondisi penanaman yang tidak menggunakan pestisida dan senyawa kimia apa pun.
dengan aroma yang ringan namun sangat harum karena petani hanya menggunakan bahan organik untuk menanam tanaman kopi. Ciri khas dari kopi ini adalah rasanya sangat original tanpa bubur, harum dan juga tidak meninggalkan rasa asam di lidah Anda. Akibatnya akan mencicipi kopi asli, mellow tanpa mash, harum dan tidak meninggalkan rasa tajam di lidah. Di antara roasteries dan kafe, kacang hijau dari Papua Wamena sering digunakan sebagai campuran campuran rumah karena aromanya.
7. Kopi Kintamani Bali
Selain pesona wisata yang sangat terkenal di dunia. Bali juga memiliki berlian terselubung yang merupakan produsen kopi terbaik di dunia. Di wilayah kintamani, kopi Bali yang memiliki kualitas yang tidak sama dengan kopi Indonesia lainnya. Rasa keasaman dicampur dengan rasa buah jeruk. Hal ini disebabkan oleh sistem penanaman biji kopi yang dicampur dengan berbagai sayuran atau biasa disebut sistem intercropping. Hasil panen juga berbeda karena mereka menghasilkan kacang hijau yang lebih besar dari Arabika yang ditanam di daerah lain.
Karakter rasa kopi Bali Kintamani yang unik adalah rasa segar dan asam seperti buah jeruk tanpa meninggalkan aftertaste di mulut. Tubuh sedang dan aroma yang dihasilkan sangat kuat dan manis. Tidak ada rasa rempah-rempah seperti kebanyakan kopi di Indonesia. Kopi ini sangat cocok untuk Anda yang tidak menyukai rasa pahit.
8. Kopi Bajawa Flores
Bajawa adalah ibu kota kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. Wilayah Bajawa terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Pesona keindahan alam Flores di kaki Gunung Inerie inilah yang dijadikan tempat menanam kopi Bajawa Flores. Kopi di Flores berkembang karena abu vulkanik dari gunung berapi. Daerah ini terkenal dengan perkebunan kopi di seluruh dunia.
Dari segi rasa, kopi Bajawa memiliki karakter rasa Nutty, Orange, dan Karamel. Apalagi jika Anda menyeduhnya dengan air panas dalam kondisi segar, aromanya akan terasa sangat kuat untuk menggoda indera penciuman.
Keunikan jenis kopi Flores adalah karena rasa yang bisa dihasilkan sangat beragam mulai dari cokelat, pedas, tembakau, kuat, jeruk, bunga, hingga kayu. Dengan tekstur yang tebal, kopi ini cenderung memiliki tingkat keasaman sedang.
Dengan tingkat keasaman dan Tubuh yang sedang, Kopi Arabika Flores Bajawa kami cocok untuk semua orang karena rasanya yang seimbang.
Semua kopi Flores Bajawa melalui proses organik, tanpa bahan kimia. Inilah salah satu alasan mengapa kopi Flores memiliki rasa yang kuat dan harum. Debu vulkanik Gunung Inerie membuat aromanya lebih harum dan menyengat. Rasa kopi yang kuat juga banyak digemari oleh masyarakat dunia. Kopi Flores Bajawa ditandai dengan viskositas tinggi dan keasaman rendah. Beberapa penikmat kopi mengatakan bahwa kopi ini rasanya seperti mangga dicampur dengan apel dan melon, dan setelah rasanya seperti tembakau.
9. Kopi Jawa Ijen
Kabupaten Bondowoso memang memiliki suhu yang cukup dingin mulai dari pukul 15.40 hingga 25.10 derajat celcius. Kabupaten Bondowoso memang dikelilingi oleh pegunungan. Ada pegunungan Kendeng Utara dengan puncak Gunung Raung, Gunung Ijen di timur. Selain itu, kaki Gunung Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap berada di barat. Sementara itu, Gunung Alas Sereh, Gunung Biser, dan Gunung Bendusa di sisi utara.
Jenis kopi yang sudah terekspos sejak abad ke-17 ini tetap menjadi pilihan terbaik bagi pejabat Belanda dengan aroma rempah-rempah. Proses penggilingan basah ini juga membuat kopi Jawa sangat lezat dan merupakan salah satu kopi berkualitas tertinggi di dunia.
Kopi Jawa Ijen memiliki rasa yang khas dengan rasa kacang, cokelat, dan rempah-rempah dengan tingkat keasaman rendah, dan sedikit rasa manis. Dibandingkan kopi yang diproduksi di daerah lain di Indonesia, kopi Jawa Ijen-Raung Arabica memiliki rasa yang khas, yaitu kombinasi sensasi pedas (pedas) dengan sedikit jahe, dan sedikit asam.
Tumbuh pada ketinggian 900-1500 meter, kopi Arabika Ijen-Raung Jawa berbau harum, dan rasanya manis. Dicampur dengan rasa pedasnya, kombinasi aroma cokelat dan karamel ini menjadi ciri khas kopi yang ditanam petani di Ijen dan Raung.
10. Java Preanger – Kopi Gunung Halu
Komoditas kopi arabika asal Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat berpotensi untuk diakui dan dikembangkan setelah meraih juara dunia dalam Festival Kopi di Paris Prancis pada 2018.
Aroma Arabika yang fruty menyebar ketika minuman baru diseduh, karakter keasamannya tidak terlalu keras dan manis secara alami seperti dibungkus bersama dengan aroma buah yang keluar dalam minuman kopi gunung yang seduhan ini. Rasa kelas dunia dengan skor 83,42 berdasarkan tes bekam yang mengantarkan Java Preanger Gunung Halu Coffee menjadi yang kedua dalam Specialty Coffee Association of America Expo 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
Kopi ini berasal dari Gunung Halu, Jawa Barat dan bisa dibilang yang paling dicari selera masyarakat. Hal ini karena meski aroma kopi masih kuat melekat, rasa pisang kering saat diseduh sangat dominan.
Uniknya, ada beberapa petunjuk Starfruit dan Blackcurrant yang telah menjadi ciri khas kopi dari Gunung Halu yang satu ini.
Madu (alami) Proses rasa manis yang terlihat seperti sugarane dari kopi ini. Ketika masih panas, aroma yang kita temukan sangat kompleks; belimbing dan persik cukup dominan, disertai dengan aroma blackberry tipis. Mencicipi catatan juga tidak rumit. Kami menemukan rasa cokelat yang dominan dengan sentuhan kismis hitam dan kismis, tentunya rasa belimbing yang cocok dengan aromanya masih ada.
Nama terakhir Kacang dari Gunung Halu bukan hanya penambah nama, tetapi memang karakter kacang kita yang satu ini memancarkan aroma pisang yang sangat tebal (seperti pisang kering (makanan traditioanal Indonesia disebut "penjualan") 0.
Kami memanggang kacang ini pada tingkat menengah di mana kami ingin menghasilkan rasa cokelat yang kuat tetapi tidak menghilangkan aroma pisang, dan seperti karakter proses madu (alami) lainnya, rasa manis dalam kopi ini cukup tinggi, rasa karamel dapat memuaskan pecinta kopi, dan keasamannya juga rendah (rasa pisang). Kami juga menemukan petunjuk aroma bunga ketika suhu kopi masih panas. Dan juga tidak ketinggalan rasa teh seperti dari karakter kopi dari Jawa Barat seperti pada umumnya.
IDCoffee adalah pemasok biji kopi khusus dengan sertifikat biji kopi organik dan sertifikat biji kopi perdagangan yang adil, kami juga menjual biji kopi robusta organik
Jangan ragu untuk menghubungi kami untuk harga grosir kopi biji arabika massal